1. Overview of the Rectangular-Shaped City Construction Theory
The theory explains how Chiang Mai, a rectangular city, was constructed using ancient methods to align its walls and moat with the cardinal directions (north, south, east, west).
It draws on advanced techniques involving sunlight, shadows, and precise measurements, reflecting the wisdom of ancient civilisations.
---
2. Key Principles
Alignment with Cardinal Directions:
The city's layout aligns perfectly with the four cardinal points for accuracy and symbolic meaning.
Use of Shadows and Geometry:
The process relies on the shadow of a pole to determine the directions.
Triangular measurement tools (Jua) and ropes are used to calculate positions and create squares.
---
3. Step-by-Step Process
1. Levelling the Ground:
A large flat area is created for accurate measurements.
A pole (14 metres) is set vertically using plumb lines.
2. Marking Shadows:
The shadow of the pole is traced throughout the day.
Positions at morning and afternoon are used to create a curved shadow line.
3. Establishing Directions:
Ropes are used to stretch diagonally from morning and afternoon shadow points to identify cardinal directions.
A plus-sign-like layout is created for further staking.
4. Square Layout:
A square is drawn using stakes and ropes, centred on the crossing point of cardinal directions.
5. Expanding the Layout:
Additional calculations extend the square into larger shapes to define the city’s moat and walls.
---
4. Significance
The process ensures:
Highly accurate city planning.
Symbolic alignment with the cosmos and cultural beliefs.
Practicality for defence and urban organisation.
---
5. Application
This method was used not only for Chiang Mai but also reflects broader Eastern architectural practices like Angkor Wat.
It highlights the sophisticated understanding of geometry and astronomy in ancient city planning.
29 Desember 2024
1. Gambaran Teori Konstruksi Kota Berbentuk Persegi Panjang
Teori ini menjelaskan bagaimana Chiang Mai, sebuah kota berbentuk persegi panjang, dibangun menggunakan metode kuno untuk menyelaraskan tembok dan paritnya dengan arah mata angin utama (utara, selatan, timur, barat).
Teori ini memanfaatkan teknik canggih yang melibatkan sinar matahari, bayangan, dan pengukuran yang presisi, mencerminkan kebijaksanaan peradaban kuno.
---
2. Prinsip Utama
Penyelarasan dengan Arah Mata Angin:
Tata letak kota ini selaras sempurna dengan empat titik mata angin utama untuk memastikan akurasi dan makna simbolis.
Penggunaan Bayangan dan Geometri:
Prosesnya bergantung pada bayangan sebuah tiang untuk menentukan arah.
Alat pengukur berbentuk segitiga (Jua) dan tali digunakan untuk menghitung posisi dan membuat bentuk persegi.
---
3. Proses Langkah demi Langkah
1. Meratakan Tanah:
Sebuah area datar yang luas dibuat untuk pengukuran yang akurat.
Sebuah tiang (14 meter) didirikan secara vertikal menggunakan garis tegak lurus.
2. Menandai Bayangan:
Bayangan tiang dilacak sepanjang hari.
Posisi bayangan pagi dan sore digunakan untuk menciptakan garis bayangan melengkung.
3. Menentukan Arah:
Tali digunakan untuk meregang secara diagonal dari titik bayangan pagi dan sore untuk mengidentifikasi arah mata angin.
Tata letak seperti tanda tambah dibuat untuk penancapan lebih lanjut.
4. Membuat Tata Letak Persegi:
Sebuah persegi digambar menggunakan patok dan tali, dengan pusat pada titik perpotongan arah mata angin.
5. Memperluas Tata Letak:
Perhitungan tambahan memperluas persegi menjadi bentuk yang lebih besar untuk menentukan parit dan tembok kota.
---
4. Pentingnya Proses
Proses ini memastikan:
Perencanaan kota yang sangat akurat.
Penyelarasan simbolis dengan kosmos dan keyakinan budaya.
Kepraktisan untuk pertahanan dan organisasi perkotaan.
---
5. Penerapan
Metode ini digunakan tidak hanya untuk Chiang Mai tetapi juga mencerminkan praktik arsitektur Timur yang lebih luas, seperti Angkor Wat.
Hal ini menunjukkan pemahaman yang canggih tentang geometri dan astronomi dalam perencanaan kota kuno.
0 comments:
Post a Comment
Keep it clean, keep it lean